INILAH festival reog berkelas nasional dengan durasi terpanjang. Berlangsung selama empat malam berturut-turut, Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) dimulai Senin (25/7/2022) di panggung utama Alun-Alun Ponorogo. Sebanyak 27 grup reog tampil bergantian sesuai nomor undian.
Empat malam sebelumnya, sebanyak 31 grup reog mini lebih dulu tampil dalam event Festival Reog Mini (FRM) di panggung yang sama.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko merasa bersyukur FRM dan FNRP terlaksana setelah dua tahun tertenti akibat pandemi Covid-19. Apalagi, FNRP kini masuk agenda Kharisma Event Nusantara (KEN) yang mewadahi event-event berkualitas di Indonesia.
‘’Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) men-support dan mempromosikan ke luar negeri. Spiritnya berbeda dan lebih bergengsi,’’ kata Kang Bupati –sapaan Bupati Sugiri Sancoko.
Pihaknya akan berupaya mempertahankan FNRP masuk agenda KEN. Di antaranya, menyisipkan kesenian reog dalam muatan lokal (mulok) ekstrakurikuler di sekolah.
Kang Bupati mengungkapkan bahwa 31 grup reog mini beranggotakan pelajar SD dan SMP. Bersamaan itu, ada tujuh grup reog dari sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) di Ponorgoambil bagian dalam FNRP.
’’Ada transmisi dari generasi ke generasi, pembinaan serius, masyarakat menggemari, dan yang terpenting bagaimana reog dapat menumbuhkan rasa nasionalisme,’’ jelasnya.
Kang Bupati mengajak Komisaris Pupuk Kaltim Gustaaf AC Patty tatkala membuka FNRP pada Senin (25/7/2022) malam.
Gustaaf tak henti mengemukakan kekaguman nya terhadap reog. Apalagi, dia sempat duduk di kepala barongan tatkala pembarong mengangkat dhadhak merak.
‘’Dua momentum yang luar biasa, dapat kesempatan naik reog dan menyaksikan festival secara langsung. Ini pengalaman pertama kali seumur hidup saya,’’ ungkap Gustaaf kepada PNG.go.id.
Dia sempat keliru sangka bahwa reog berunsur magis. Pendapat itu terbantahkan lantaran peserta FNRP semata mengandalkan latihan.
Gustaaf lagi-lagi heran ketika mengetahui pembarong menari dengan beban reog seberat puluhan kilogram dengan cara menggigitnya.
‘’Kelestarian reog selalu terjaga karena mulai pelajar SD sudah memainkannya. Ini aset budaya yang luar biasa,’’ ujarnya. (kominfo)
COMMENTS